Thursday, March 26, 2015

Speak up, ladies!








Belum lama ini di beberapa media online, sedang hits-hits nya membahas tentang kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan pada wanita / anak. Begitu banyak artikel tentang KDRT yang di publish oleh para penulis dari media online tersebut. Ada yang memuat sebab-sebab seseorang berperilaku kasar, ada yang membahas tentang istri yang terbunuh oleh suaminya hanya karena Sambal, ada yang membahas kajian secara islam tentang dosanya melakukan kekerasan terhadap wanita, dan masih banyak lagi. Membaca itu semua membuat bulu kuduk saya merinding. Ternyata masih saja ada lelaki yang tidak bermoral yang hobby melakukan kekerasan, miris.
Anyway, diantara artikel-artikel tersebut ada yang menurut saya menarik dan paling mencakup semuanya. Artikel tersebut berisi terjemahan beberapa halaman suatu buku psikologi yang membahas tentang kekerasan. Judulnya "4 Alasan Tepat bagi Pria untuk Menganiaya Wanita".
Bacaannya terbilang ringan dan mudah dipahami, tetapi maksud dan tujuannya sudah didapat. Karena bagus isinya, saya pun men-share isi artikel tersebut di media sosial Path milik saya dan juga men-share link nya di akun Facebook saya. Untuk yang penasaran dengan artikel tersebut, saya akan share juga link nya --->  disini .




SAYA MENYAKSIKAN KEKERASAN LELAKI TERHADAP PEREMPUANNYA.
Well, tidak lama setelah saya banyak membaca artikel-artikel yang menyangkut tentang KDRT, ternyata saya mendapat suatu kesempatan menyaksikan dengan sangat jelas kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami terhadap istrinya.
Saya akan membeberkan kejadian tersebut di postingan saya kali ini.
Okay, bermula dari niatan saya dan beberapa teman dekat wanita saya yang berkumpul untuk hang out bersama. Karena sedang ada film bagus yang diputar di bioskop, kami memutuskan menonton film di bioskop sebagai ajang perkumpulan kali ini.

Semuanya berawal biasa saja. Kami duduk berjajar di ruang theater ketika film ditayangkan. Saya memilih bangku yang agak mudah untuk keluar, karena maklum, kondisi saya saat ini sedang hamil masuk trimester tiga dan menyebabkan saya jadi rajin sekali ke toilet untuk buang air kecil. Jadi posisinya ada tangga turun menuju pintu exit, kemudian dua bangku yang diduduki sepasang lelaki dan perempuan, kemudian bangku saya, dan terakhir berurutan bangku teman-teman saya.
Layaknya kebiasaan orang-orang umumnya ketika menonton dibioskop, saya dan teman-teman saya menyediakan camilan sebagai amunisi selama menonton, namanya juga wanita, hobinya nyemil, apalagi sedang berbadan dua seperti ini, hihi. Saya sudah siap sedia dari rumah biskuit gandum, roti, dan susu di dalam tas. Camilan ibu hamil banget ya,hee.

Anyway, membawa camilan juga ternyata dilakukan oleh pasangan yang duduk di sebelah saya. Dan dari aromanya, saya langsung tau camilan apa yang dibawa, popcorn. Namun popcorn ini bukanlah popcorn biasa yang dijual di bioskop. Ini adalah popcorn merk j*llytime dengan rasa keju. Hahaa maklum, popcorn tersebut juga salah satu snack favorite saya dan adik saya, dulu waktu lagi in-in nya baru masuk pasar indonesia, hampir setiap pulang kantor saya membeli popcorn tersebut untuk dibawa pulang untuk nyemil 'join'an bareng adik bungsu saya.


Okay, cukup tentang si popcorn rasa keju ini. Sekarang kita balik lagi ke topik semula.
Di dalam theater, suasana begitu kondusif. Penonton terlihat serius dengan tontonannya, ada yang asyik sendiri terlarut dalam film, ada yang asyik juga dengan camilannya, ada juga mengambil-ambil kesempatan pacaran dalam bioskop (please deh ah, yang ini nggak banget).

Well, ketika film sudah setengahnya diputar, tiba-tiba saja terdengar suara percakapan dari pasangan di sebelah saya, dan akhirnya memecahkan konsentrasi saya dalam menonton. Saya yang memang dasarnya sudah terkenal sebagai kuping melayang sejak masa sekolah, alias bertelinga tajam, bahkan bisa multitasking menguping sambil melakukan kegiatan lain, akhirnya secara tidak sadar mengasah skill saya lagi disana. Iya, saya jadi menonton film sambil menyimak percakapan mereka, saudara-saudara!.

Dimulai dari si lelaki yang berbicara dengan nada agak tinggi, 
"Kok kamu makanin terus popcorn nya sih? Kamu kan udah beli crepes untuk camilan kamu?!"
*aseli ini percakapan lucu sekali. Seperti omongan bocah umur 5 tahun yang tidak suka makanannya diambil oleh adiknya.


Si wanita hanya terdiam, dan akhirnya berhenti makan popcorn tersebut.
Tetapi tidak lama si lelaki mulai berkoar lagi, 
"Kamu tau nggak sih, suami kamu lagi hobby makanin popcorn ini".
*oh ternyata mereka pasangan suami istri.


"Tapi kalau kamu tetep mau popcorn nya nih ambil dulu". Si suami memberikan bungkus popcorn tersebut ke istrinya.

"Iya aku masih laper sayang, crepes nya udah habis tapi mulut ini masih saja mau ngunyah. Mungkin karena bawaan hamil", si istri pun mengambil popcorn tersebut beberapa dan mengunyah popcorn nya lagi.

Oh ternyata lagi hamil juga toh. Saat itu saya mulai curi-curi pandang ke perut wanita tersebut, hamilnya belum sebesar saya. Mungkin kalau boleh menebak sekitar usia 4-5 bulan'an. Hehe saya jadi geli sendiri teringat ketika usia kandungan saya sekitar segitu juga. Seingat saya itu masa-masa saya lagi lahap-lahapnya memakan apa saja, karena di usia kandungan segitulah baru bisa enak makan. Maklum, saat kandungan masih usia 1-3 bulan, itu adalah masa-masa berat, apapun yang dimakan pasti muntah lagi, semua makanan enak pun rasanya jadi tidak enak. Makanya ketika hamil 4-5 bulan adalah masa dimana seperti balas dendam. Selama mampu, apapun terus dimakan. Mungkin itu juga yang dirasakan wanita yang duduk di sebelah saya ini. Saya hanya tersenyum simpul akhirnya mendengar celoteh wanita tersebut, dan akhirnya saya berfokus kembali ke film yang sedang saya tonton dan juga roti yang sedang saya makan.

Namun ternyata, ketenangan saya dalam menonton hanya sebentar saja terjadi. Karena tidak lama, terdengar lagi percakapan dari dua suami-istri disebelah saya ini. Sang suami berbicara lagi, kali ini nada nya lebih tinggi dan suaranya lebih keras dari sebelumnya. Hal ini tidak hanya menyebabkan konsentrasi saya menonton film terpecah, tetapi juga menyebabkan penonton lain yang duduk di depan sang suami menengok sesaat ke arah belakang.

"Kok kamu jadi istri maruk banget sih! Suami kamu lagi hobby makanin popcorn ini, tapi kamu tetap terus makanin popcorn nya. Pas aku tawarin lagi juga tetap diambil popcorn nya. Liat ini! Masa udah tinggal seperempat isinya! Aturan kalau mau popcorn juga ya beli popcorn! Bukannya malah beli Crepes!".

Astagfirullah, saya kaget mendengar kalimat yang dilontarkan suami tersebut terhadap istrinya. Rasanya tidak elok membentak istri di tempat umum hanya karena masalah sepele, iya hanya karena makanan ringan seharga dua puluh ribu rupiah. Apalagi istrinya sedang hamil,, kalau suami normal kan istri hamil tau-tau lahap gitu harusnya malah senang. Justru suami normal akan membiarkan istrinya itu terus menyemil karena ia sayang kepada istri dan calon anak dalam kandungan istrinya tersebut. Lagipula haduhh kok kayak orang susah saja popcorn diributin. Aseli saya jadi melirik-lirik pasangan suami istri tersebut untuk melihat penampilan mereka. Tapi dari penampilannya jelas pasangan tersebut berkecukupan. Pakaiannya rapi  dan sepertinya branded. Ini sebenarnya yang keliatan maruk malah jadi suaminya loh, bayangkan, istri lagi hamil malah di perlakukan tidak menyenangkan oleh suami. Sebagai sesama wanita hamil saya jadi kasihan dengan wanita disebelah saya ini. Mungkin dia mulai malu dengan ucapan suaminya yang juga didengar oleh orang sekitarnya. Saya saja tidak habis fikir.

Si istri yang sepertinya agak gerah dengan tingkah memalukan suaminya tersebut akhirnya menjawab diplomatis untuk mengakhiri perdebatan tidak penting itu.
"Maaf sayang, aku benar-benar masih lapar dan ingin mengunyah sesuatu. Udah ya jangan ribut-ribut lagi, ini gpp kamu habisin aja sisa popcorn nya. Aku tahan saja laperku walaupun ini bawaan hamil".
Suara sang istri terdengar lembut, tetapi saya bisa merasakan kepedihan dari suaranya tersebut.

Alih-alih bukannya suaminya minta maaf juga dan menyelesaikan perdebatan tersebut, si suami malah meniawab dengan jawaban yang tidak enak.

"Kalau lapar ya jangan makan popcorn! Nanti kan setelah kita menonton kita kan makan nasi di foodcourt! Salah kamu itu kalau lapar malah ngelahap popcorn!".

"Maksudku aku ganjal perut dulu.....
".
Suara si wanita semakin melemah, wajahnya agak sedikit manyun dan menunduk. Saya tebak sepertinya dia sudah tidak kuat dan mencoba menahan tangis.

Saya jadi berfikir untuk sharing biskuit gandum saya yang ada di tas saya kepada wanita di sebelah saya itu. Tapi sopan nggak ya. Ah saya nggak berani. Takut ia malah tersinggung atau suaminya yang arogan itu makin ga karuan emosinya. Saya cuma diam. Kemampuan multitasking saya yang menonton film sambil menguping hilang. Saya malah jadi hanya benar-benar terfokus dengan kedua pasangan tersebut.

Hingga beberapa detik kemudian, saya benar-benar saksikan... iya, dengan kedua pasang mata saya sendiri.... Si suami meremas bungkus popcorn nya yang masih berisi seperempat, didorong dan ditekan ke kepala si istri, kemudian tangan yang satunya lagi memegang kasar mulut sang istri.
"Ini habisin aja popcorn nya! Makan sana popcorn nya! Dasar istri maruk! Istri durhaka, tidak mau mengalah sama suami! Kamu harusnya menyenangkan suami, nurut sama suami! Kamu kuceraikan juga nangis-nangis kamu, banyak perempuan yang mau sama aku! Dasar kau maruk!".

"Astagfirulah yang, udah doong. Sakiit..". Si istri mencoba menepis dengan tangannya susah payah sambil mengucap,

"Mana mungkin aku maruk, di rumah saja kita aku selalu berbagi camilan dengan kamu, bahkan kamu yang memakannya lebih banyak. Banyak dari camilan itu yang aku beli tidak dari gaji kamu dan malah ada yang dari ibuku untuk calon cucunya. Tetapi aku tidak pernah mempermasalahkan apabila berbagi sama kamu ataupun kamu habiskan. Ini kenapa hanya karena popcorn kamu memaki seperti itu?"


Si suami sudah seperti kesetanan tetap melakukan kekerasan terhadap istrinya, tidak menggubris perkataan istrinya. Dan yang mengagetkan, tidak lama popcorn yang sedang berada di sang suami tersebut akhirnya di lempar ke arah depan. Entah akhirnya langsung jatuh atau mendarat dulu di salah satu kepala penonton bioskop di depan mereka.

Lagi-lagi orang yang duduk di bangku depan si suami menengok. Kali ini agak lama. Antara terganggu dengan ribut-ribut di belakangnya dan juga mungkin iba dengan si istri yang disiksa suaminya dengan kekasaran fisik maupun verbal di tengah umum, apalagi hanya karna popcorn.

Sadar merasa dilihatin oleh orang di depannya, si suami menendang bangku bioskop orang tersebut sambil agak berteriak, 

"Heh apa kamu lihat-lihat ke belakang terus?!!"


Astagfirulah... Saya rasa suami si perempuan itu memiliki gangguan jiwa. Kalau lelaki normal tidak akan tindak-tanduk nya seperti itu.
Tangan saya sudah reflek berkali-kali mengelus-elus perut beristigfar sambila mengucapkan 'amit-amit jabang bayi.....'.
Dan saya juga langsung reflek mengeluarkan handphone saya dan meng-update status di sosial media, 'negative thinker,tempramen,kasar fisik&verbal,ga komit,gede omong,player,bossy,tdk bersyukur, serakah,sombong,congak..1 paket ada di itu org.Hii serem..'


Saya tidak kenal pasangan itu, tetapi rasanya sudah terbayang bagaimana seperti nerakanya rumah tangga mereka. Satu paket sifat buruk ada di suami wanita malang tersebut. Empati timbul begitu saja terhadap wanita malang disebelah saya ini. Berat sekali cobaannya di dunia mendapati suami yang tidak ada kasih sayangnya, suka KDRT, sombong, dan merasa yang paling benar.
Entah ada saraf dibagian mana dari lelaki itu yang rusak. Mungkin lelaki tersebut tidak pernah dididik untuk bersikap sopan dan lembut terhadap istri, atau mungkin ayah lelaki itu juga suka kasar terhadap ibu lelaki itu, sehingga dia mencontohnya? Ah apapun itu, kekerasan terhadap wanita tidak bisa diindahkan dengan cara apapun.

Bahkan di agama islam, kekerasan terhadap wanita benar-benar harus dihindari... 
Memang ada suatu ayat yang menjelaskan suami boleh memukul istri, tetapi kaji lah lebih dalam ayat tersebut dan jangan hanya menyerap setengah-setengah. Suami boleh memukul istri hanya apabila si istri sudah benar-benar murtad, misalkan karena menyekutukan Allah. Dan setahu saya,  memukul istri pun tidak boleh terasa sakit, apalagi ke bagian wajah sang istri. Bahkan nabi besar kita Muhammad SAW tidak pernah bertingkah kasar terhadap istri-istrinya, semarah apapun beliau. Jadi rasanya sangat tidak diindahkan tindakan pria tadi yang kasar ke mulut dan wajah istrinya hanya karena Popcorn. Astagfirulah...


Okay, saya tidak tahu apa agama si pasangan suami istri tersebut. Tetapi saya yakin, di agama apapun, kekerasan terhadap wanita ataupun terhadap anak adalah hal yang dilarang keras.
Percuma mengaku iman nya kuat, rajin beribadah, di elu-elukan oleh banyak orang tetapi tidak punya moral yang baik dan akhlak yang baik. Karena, hey bung, semua di dunia ini hanya titipan. Allah lah maha pemilik segala-segalanya.


Semoga suami-suami tidak bermoral seperti itu akan segera mendapatkan azab yang setimpal dari Allah dan segera mendapatkan hidayah untuk bertaubat. Dan semoga wanita-wanita malang korban kekerasan akan dinaikan derajatnya oleh Allah serta apabila suaminya tidak berubah juga, semoga Allah memberikan pendamping yang lain yang lebih tepat untuk perempuan malang tersebut. Saya masih percaya, orang baik kelak akan mendapatkan pasangan yang juga baik-baik pula.
Satu hal yang juga selalu menjadi pedoman saya dalam menilai para lelaki yang telah berkeluarga, "Memuliakan istri adalah salah satu ciri suami yang shalih. Sebaik-baiknya kalian adalah yang baik terhadap istrinya" (HR. Ahmad).

Okay, diakhir cerita, setelah kejadian tersebut, saya jadi tidak fokus lagi menonton di dalam bioskop tersebut. Keinginan nurani mau membela wanita malang tersebut, tetapi apa daya saya yang lagi hamil besar juga takut dengan suami lelaki tersebut. Istrinya saja bisa ia perlakukan sewenang-wenang dengan kasar, apalagi orang lain. Saya yang terlahir dalam keluarga yang hampir bisa dibilang tidak pernah ada kekerasan, cukup sangat mencelos melihat kejadian ini. Sebenarnya laki-laki seperti itu sadar nggak ya, perempuan yang ia sakiti itu adalah perempuan yang mungkin (pasti) dijaga mati-matian oleh Ayahnya. Ya Allah, semoga tidak lagi-lagi saya menemukan kejadian miris seperti yang dialami wanita itu.

Dan untuk para wanita yang pernah atau masih menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, jangan tinggal diam ya. Kalian harus bisa tegas menghadapinya. Jangan mau diperlakukan seperti itu oleh pacar ataupun suami. Segera cari pertolongan dan perlindungan. Speak up! Jangan menyimpan sendiri hal pahit ini hingga sudah terlambat.Ceritakanlah kejadian yang kalian alami kepada orang terdekat dari kalian yang kiranya dapat melindungi kalian. Kalau masih belum yakin, hubungi juga organisasi sosial yang bergerak dalam perlindungan wanita dan anak. Setidaknya kalau kalian ada perlindungan, kalian lebih aman dan dapat terhindarkan kekerasan terulang. Saya juga yakin dengan adanya orang terdekat yang melindungi kalian, rasa trauma yang (mungkin) timbul karena sering dikasari bisa sedikit terpulihkan.  Saya pernah membaca salah satu buku paikologi, katanya orang yang tempramen seperti itu biasanya kalau sudah ngamuk-ngamuk, nantinya akan bersikap maniiiss sekali terhadap korbannya. Tapi demi apapun, kalian para wanita korban kekerasan jangan terbelunggu dengan sifat manis paska kekerasannya ya. Kekerasan itu tidak dapat dikompromikan. Ingat, nyawa kalian lebih berarti dari apapun.

Wassalam.. :)

5 comments:

  1. Artikel yang bagus Dhea, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  2. Serem banget Dey suami kaya begitu.
    Naudzubilah..

    ReplyDelete
  3. Duh.. kesian amat tu ibu.. Amit-amit deh (-_-"). Semoga beliau + kandungannya baik2 aja :'(

    ReplyDelete
  4. Bagus dhey.. mari kita doakan buat para suami2 yg seperti itu dberi hidayah agr tdk kasar pd istri2 mereka...aamiin

    ReplyDelete