Saturday, February 21, 2015

Work-Life BALANCE

Rutinitas harian yang didominasi oleh kesibukan dikantor bukanlah hal aneh, apalagi bagi yang bermukim di ibukota tercinta ini.
Senin hingga Jumat waktu para pekerja banyak tersita di kantor dan di jalan, serta untuk kegiatan berbenah rumah agar istana mungil kita tetap nyaman dan bersih sebagai tempat beristirahat pun juga tidak boleh terlupa.

Ambilah contoh, kegiatan sebuah rumah di Jakarta,
Sepasang suami istri sudah bangun di  waktu subuh untuk melakukan ibadah pagi bersama... kemudian, bila beruntung, apabila masih ada 'sedikit' waktu, sehabis beribadah,  mereka melanjutkan tidur sebentar atau hanya sekedar rebahan dikasur me-rilex'an diri sebelum memulai aktifitas lainnya.. Ambilah jam 7 atau jam 8 pagi Ketika suami masih 'agak' bersantai, sang istri sudah mulai berkutat dengan persiapan untuk suaminya sarapan. Atau bahkan bisa lebih pagi lagi apabila telah memiliki anak yang sudah sekolah, atau ketika jarak rumah ke kantor cukup jauh.
Sarapan yang disiapkan sang istri bisa berbagai macam.. Bisa yang simple seperti susu, kopi, atau teh dan roti atau gorengan... bisa juga nasi goreng.. atau makanan menu sarapan lainnya. Kadang ada juga yang memilih beli nasi uduk,ketoprak, atau bubur ayam yang rutin lewat depan rumah.

Seusai sarapan, ketika sang suami yang hendak bekerja bersiap mandi, maka istri akan buru-buru menyiapkan perlengkapan suami untuk ke kantor dari atasan, bawahan, dalaman, tas, kaos kaki, ikat pinggang, dll.. yang intinya suami selesai mandi, semuanya tinggal pakai.
Tetapi terkadang ada jg suami yg cukup mandiri menyiapkan itu semua sendiri, biasanya karena suami memang lebih senang dengan pilihan-pilihannya, atau bisa juga karena saat itupun istri juga harus bersiap ke kantor juga dan harus menyiapkan segala hal juga untuk dirinya.

Hingga akhirnya suami pun berangkat kerja...
Suami yang baik dan serta memiliki jiwa menjaga istrinya umumnya akan mengantarkan istrinya dahulu ke tempat kerjanya, kemudian baru sang suami menuju kantornya. Tetapi ada pula yang istrinya harus berangkat sendiri ke kantor. Bisa jadi karena kantor mereka bertolak belakang arahnya, atau memang suami memiliki kecenderungan merasa istri keluar rumah sendiri bukan masalah untuknya. Beruntung apabila rumah tersebut memiliki banyak kendaraan pribadi untuk masing-masing penghuni rumah, atau memiliki supir pribadi untuk menyetirkan tuan dan nyonya nya tersebut. Setidaknya berarti mereka terbebas dari kejenuhan menunggu angkutan umum ataupun keletihan mengendarai kendaraan dalam kemacetan ibukota.

Kemudian, ketika kegiatan perkantoran sudah dimulai dengan segala tetek bengek tugas, deadline, meeting, dan hal menjemukan lainnya... Di waktu bersamaan, apabila Istri yang tidak bekerja atau jadwal kerjanya tidak harus setiap hari, akan memulai aktifitas lainnya lagi di rumah.
Ambilah menyapu, mengepel, mencuci, memasak untuk makan siang dan makan malam,  dan kegiatan berbenah lainnya... Beruntung apabila memiliki pembantu rumah tangga, maka tugas-tugas itu biasanya dikerjakan pembantu sebagian atau sepenuhnya. Bahkan untuk yang kurang mahir memasak atau merasa lelah untuk memasak, bisa disiapkan oleh pembantu atau memesan katering rumah tangga harian. Ada juga beberapa rumah tangga yang menggunakan jasa laundri kiloan untuk urusan cuci-setrika ataupun jasa tukang cuci-setrika panggilan yang datang beberapa hari sekali ke rumah, dan sedangkan untuk menyapu, mengepel, dan me-lap perabot biar rumah tidak berdebu dan tetap kinclong masih ditunggangi oleh sang istri. Hebatnya, kadang ada pula rumah tangga yang walau tidak ada pembantu, tugas rumah pun bisa dibagi-bagi oleh penghuninya. Seperti misalnya Ibu memasak, menyapu, mencuci, ayah menyetrika, anak laki-laki mengepel, dan anak perempuan menyiram tanaman. Itu semua tergantung bagaimana kesepakatan dalam rumah tangga tersebut dan bagaimana keadaan ekonomi mereka, serta bagaimana kesanggupan penghuni rumahnya dalam berbagai tugas.
Namun tetap saja kerapihan, kebersihan, kenyamanan rumah, dan merawat anak masih didominasi oleh istri. Terlepas apakah wanita itu bekerja, part time, ataupun hanya ibu rumah tangga. Bravo para wanita :).

Oke, tidak sampai disitu saja kegiatan harian yang dilewati.
Petang hari, ketika sudah waktunya pulang kantor, kita masih harus menempuh keribetan ibukota dikala senja, bersabar berdiri sangat lama untuk menunggu busway atau kereta, meringis kecapean menginjak pedal karena macetnya jakarta, menahan ketidaknyamanan dengan penuhnya isi buskota dan lain sebagainya..
Umumnya mereka yang bekerja, baru sampai dirumah dikala magrib atau sebelum isya. Adapula yang terpaksa lembur dan baru sampai rumah menjelang jam makan malam, dan bahkan adapula yang hingga tengah malam.
Istri yang bekerja biasanya agak lebih beruntung dibanding suami. Mereka masih agak bisa pulang teng-go ( jam 5 teng, go!), dan sampai rumah lebih dahulu dibanding suami. Karena biasanya perempuan lebih dibebastugaskan dari lembur dibandingkan dengan lelaki. Tetapi ada juga sih suami yang memang dengan "sengaja" pulang ke rumah lebih larut yang disebabkan karena terlalu gila bekerja, sampai yang cuma sekedar menunggu jalan Jakarta tidak terlalu macet dahulu dan memilih ngobrol ngalor ngidul dahulu dengan rekan kantor.

Ketika menunggu sang suami pulang ke rumah, terlepas apakah istri adalah pekerja atau bukan, terlepas apakah dirumah ada PRT atau tidak, sang istri mulai sibuk lagi berbenah... dari menyiapkan makan malam, hingga memastikan sekali lg apakah rumah sudah ok kebersihannya dan kenyamanannya agar ketika suami pulang tidak sumpek lihat rumah yang berantakan dan berdebu.. kemudian memeriksa pr anak, mengajak main anak, menidurkan anak, hingga menunggu sampai terkantuk-kantuk suami yang belum juga pulang..

Ketika sang suami sudah pulang (mungkin makan malam dahulu dirumah atau langsung mandi apabila sudah makan diluar), masih berlanjutlah rutinitas sisa. Bisa menonton tv sejenak, atau mungkin langsung masuk kamar untuk mengobrol sebentar sebelum tidur, ibadah bersama, sampai masih sibuk main handphone sebelum akhirnya ketiduran.

Ya kurang lebih begitu setiap weekdays. Lelah? Jenuh? Itu pasti...

Bayangkan Senin sampai Jumat waktu kita habis untuk kegiatan monoton yang berulang-ulang...
Saking sibuknya kita dengan aktifitas harian, bahkan rata-rata intensitas berinteraksi "langsung" dengan keluarga sangat dikit sekali.
Kalau dirata-ratakan hanya 1-2 jam sehari diantara 24 jam. Komunikasi dengan keluarga inti jadi jarang terjadi. Padahal kalau difikir-fikir kita bekerja untuk keluarga, tetapi kita malah tidak ada waktu untuk keluarga kecil kita. Hingga nanti waktunya sudah terlewati begitu saja... pasangan kita sudah renta, dan anak-anak telah dewasa dan meninggalkan kita karena sudah memulai rumah tangganya masing-masing. Keluarga jadi hanya seperti basa-basi semata... terbengkalai tanpa komunikasi dan interaksi yang cukup hanya karena alasan keuangan dan bekerja. Kita bekerja begitu mencintai perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja, tanpa kita sadari suatu saat akan ada waktunya perusahaan atau organisasi kita bekerja tidak mencintai kita balik. Umumnya ketika kita suda tua renta, dan kita menyadari telah kehilangan waktu yg cukup lama untuk pasangan dan anak. Kita bekerja hingga kita bagaikan robot tanpa rasa yang diotaknya hanya ada bekerja dan mendapatkan uang. Tanpa kita sadari esensial sesungguhnya kita bekerja adalah untuk keluarga dan untuk menikmati hidup, bukan untuk mengekang diri dari keseimbangan hidup. Amit-amit...

Oleh karena itu, KITA HARUS BISA MENERAPKAN LIFE BALANCE.

Ya, apabila Senin-Jumat kita sudah terkekang dengan pekerjaan, maka sisihkanlah hari Sabtu dan Minggu untuk keluarga kita.
Misalnya Sabtu pagi adalah hari bersama pasangan hidup kita dan bersama anak-anak.. misalnya olahraga bersama..
Sabtu siang adalah waktu untuk menghabiskan waktu dengan teman atau untuk hobby... kita bisa melibatkan pasangan atau anak kita untuk ikut serta juga..
Sabtu sore dan malam bersama pasangan dan anak, kita berkunjung dan berinteraksi ke orangtua kita..
Minggu pagi dan siang,  kita bersama pasangan dan anak gantian berkunjung dan berinteraksi ke mertua kita..
Dan untuk minggu sore dan malam, kita bisa memilih untuk beristirahat di rumah saja bersama keluarga inti, atau mugkin jalan ke mall dengan pasangan dan anak untuk nonton bioskop, belanja bulanan, atau makan malam bersama...

Bisa juga dibuat agenda yang lebih simple, misalkan hari sabtu adalah hari untuk hangot dan berkunjung ke keluarga-keluarga....
Sedangkan hari Minggu adalah hari istirahat atau hari bersama pasangan...

Bisa juga kita membuat agenda 1-2 bulan sekali untuk menginap diluar kota atau berliburan... bisa dengan anak-anak, atau hanya dengan pasangan..

Intinya adalah bagaimana membuat hari Sabtu dan Minggu yang kita miliki digunakan seefektif mungkin sebagai penyeimbang hidupmu yang telah letih bekerja di hari senin hingga jumat. Sebagai bayaran atas segala interaksi dengan keluarga yang terlupa karena kesibukan rutinitas ibukota.

Karena nyatanya, tidak hanya pekerjaan dan uang yang harus kita jaga. Tetapi kita juga harus pintar menjaga keharmonisan keluarga, kebersamaan keluarga, kesehatan, ibadah, dan juga arti hidup lainnya..
Semuanya harus seimbang... baik ke vertikal ataupun ke horizontal..

ROUTINITY AND ACTIVITY ARE BULLSHIT WITHOUT TIME MANAGEMENT. FAMILY IS PRIORITY, NOT ACCESORRIES...
Yang niat berkeluarga pasti tau apa itu keluarga :).

Well, sekian dari saya, selamat me-manage waktu dengan pintar... dan selamat berakhir pekan :)